END OF THE ROAD WORLD TOUR 2020 KONSER TERAKHIR KISS

  • Home
  • Viral
  • END OF THE ROAD WORLD TOUR 2020 KONSER TERAKHIR KISS
17 Jun

Konser Perpisahan Kiss : ” End of The Road World Tour”

"End of The Road World Tour" Jadi Konser Perpisahan Kiss

Band rock Kiss. Segera pensiun (ultimateclassicrock.com)

Kiss! Band rock super jadul asal New York, Amerika Serikat ini telah membuktikan bahwa mereka layak menjadi legenda. Berjalan bersama sejak 1973 dan melahirkan album studio pertama dengan self-titledKISS di tahun 1974 yang dilanjutkan dengan 19 rentetan album studio berikutnya.

Kiss telah melahirkan banyak hits klasik seperti Rock N’ Roll All Nite(1975), Hard Luck Woman (1976), Shout It Out Loud (1976), Beth (1976), Love Gun (1977), tembang rock disco I Was Made for Lovin’ You (1979), Lick It Up (1983), Crazy Crazy Nights (1987).

Juga sebuah power ballad favorit saya Forever (1989), God Gave Rock N’ Roll To You II (1991) yang merupakan lagu cover milik band rock Inggris, Argent yang dimodifikasi oleh KISS, meledak dan dijadikan OST Bill & Ted’s Bogus Journey (1991) hingga tembang cinta Every Time I Look At You (1992).

Belum lagi berpuluh-puluh ribu konser LIVE nasional dan internasional serta performance lainnya yang membuat nama band ini tidak pernah tenggelam namun malah mendapatkan gelombang fans baru lintas generasi.


Band rock dengan formasi awal Paul Stanley (lead vocal, rhythm guitar), Gene Simmons (vokal, bas), Ace Frehley (lead guitar) dan Peter Criss (drum) ini dikenal sebagai sebuah band yang tampil berkostum dan ber-make up. Tidak sembarangan, masing-masing kostum dan make up yang melekat pada tiap personilnya mempunyai karakter yang berbeda-beda.

Paul Stanley menampilkan persona The Starchild, Gene Simmons sebagai The Demon, Ace Frehley menjadi The Spaceman (Space Ace) dan Peter Criss sebagai The Catman. Selain kostum dan make up ikonik yang kini kerap dijadikan tutorial oleh banyak beauty youtuber.

Aksi dan tata panggung Kiss pun spektakuler, mulai dari personilnya yang menyemburkan api dari mulut bak para pesulap, memuntahkan darah dari mulut, hingga instrumen gitar yang mengeluarkan kepulan-kepulan asap.

Dalam bermusik, Kiss agak sedikit beda karena setiap personilnya. Mereka bisa mengambil posisi sebagai lead singer, seperti pada lagu cinta nan sendu Beth (Destroyer, 1976) yang dinyanyikan drummer saat itu Peter Criss. Atau, suara basis Gene Simmons pada tembang girang Rock n’ Roll All Nite (Dressed to Kill, 1975) menjadi signature song mereka,

Kedua lagu tersebut akhirnya menjadi sebuah anthem rock n’ roll sepanjang masa.

Setelah tampil di awal karir dengan mengusung nuansa hard rock, di tahun 1983 melalui album bertajuk Lick It Up, Kiss memilih untuk menanggalkan kostum dan make up yang selama ini menjadi ciri khas mereka lalu menceburkan diri ke dalam arus glam metal.

Seakan menikmati perubahan itu, di tahun 1987 Kiss mengeluarkan album Crazy Nights yang lagu-lagunya banyak disusupi penggunaan keyboard dan synthesizers.

Crazy Nights lumayan diterima oleh publik, nangkring di posisi ke-18 US Billboard 200 dan menjadikannya album peraih posisi tertinggi dari semua album Kiss yang dirilis di tahun 80-an.

Tidak ada yang bisa menghentikan Kiss, pada akhir tahun 80-an, sebuah power ballad berjudul Forever (Hot in the Shade, 1989) yang ditulis sang frontman Paul Stanley bersama penyanyi pop Michael Bolton, meraih sukses di pasaran.

Klipnya pun dibuat sederhana dengan keempat personilnya yang tampil bare face. Pada fase ini, posisi drum telah diisi oleh drummer multi talenta Eric Carr dan gitaris manis yang membuat mata saya nggak berkedip, Bruce Kulick.

Setelah era 80-an berlalu, Kiss mulai meninggalkan sound hard rock klasik mereka dengan memasukkan sound yang lebih berat cenderung nge-grunge lewat album Carnival of Souls: The Final Sessions (1997). Psycho Circus (1998) menjadi album Kiss selanjutnya.

Mereka memutuskan untuk kembali ke sound asli, balik ke nuansa hard rock bahkan lebih gahar, lebih ngotot dibarengi dengan kostum dan make up yang telah tertempel kembali di sekujur tubuh.

Album studio mereka ke-18 ini juga bukan circus asal-asalan karena berhasil nangkring di urutan ketiga pada US Billboard 200 dan menyabet Readers’ Choice Award majalah heavy metal Metal Edge di tahun 1998.

Perjalanan mendapatkan predikat sebagai sebuah band legendaris tentu saja tidak mudah. Seperti sang biduan dangdut Kristina, Kiss pun telah jatuh bangun. Bedanya, Kristina jatuh bangun mengejar pria idaman sedangkan Kiss jatuh bangun mengejar karir idaman.

Tidak semua album mereka sukses dan mendapat review lima jempol dari kritikus musik, tidak semua konser mereka berjalan mulus tanpa suara gitar yang nggak tune-in atau salah satu personilnya yang kepleset di panggung, tidak semua single jagoan mereka menjadi hits dan merajai tangga lagu dan di dalam tubuh Kiss sendiri, tidak semua anggotanya memiliki visi dan misi yang sama.

Sepanjang karirnya, band yang musiknya dipengaruhi oleh Alice Cooper dan Led Zeppelin ini telah mengalami beberapa kali gonta-ganti personil, sesuatu yang wajar dalam dunia anak band.

Pada awal tahun 80-an, sang gitaris (Ace Frehley) dan sang drummer (Peter Criss) memutuskan keluar dengan alasan klasik, karena perbedaan musikalitas yang tak bisa disatukan lagi. Meski akhirnya mereka balik demi sebuah reuni di tahun 1995, namun ternyata perselisihan yang ada semakin menajam hingga membuat band ini retak kembali.

Posisi Ace Frehley telah digantikan sebanyak empat kali dari gitaris Vinnie Vincent yang kemudian dikeluarkan karena memiliki attitude problem lalu digantikan Mark St John, si kece Bruce Kulick hingga gitaris jangkung Tommy Thayer yang sudah lama berada di balik layar membantu pengerjaan beberapa album Kiss.

Thayer akhirnya mengambil tahta Ace Frehley secara permanen sejak 2002, termasuk mengenakan kostum dan make up The Spaceman.

Sedangkan sang drummer yang sekarang, Eric Singer yang pernah bermain untuk Alice Cooper dan Black Sabbath, secara resmi bergabung dengan Kiss sejak 2004 dan meneruskan persona The Catman.

Sebelumnya ia lebih dulu menggantikan drummer kedua Kiss Eric Carr yang meninggal karena kanker di tahun 1991. Bersama Thayer dan Singer, Kiss telah melahirkan album bernuansa hard rock yang kental, Sonic Boom (2009) serta Monster (2012) dan terus menyulam karir hingga saat ini.

Kiss (2018). Ki-ka: Tommy Thayer (lead guitar), Gene Simmons (vokal, bas), Eric Singer (drum), Paul Stanley (lead vocal, rhythm guitar)/voanews.com
Kiss (2018). Ki-ka: Tommy Thayer (lead guitar), Gene Simmons (vokal, bas), Eric Singer (drum), Paul Stanley (lead vocal, rhythm guitar)/voanews.com

Namun, setiap perjalanan panjang pasti akan menemukan akhir. Setelah malang melintang tahan banting dalam gemerlap musik rock selama 45 tahun termasuk ditorehkan ke dalam Rock and Roll Hall of Fame di tahun 2014, Kiss merasa bahwa telah tiba saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal dengan menggelar End of the Road World Tour, sebuah konser perpisahan untuk para penggemar setianya di berbagai belahan dunia.

Band ini memang pernah menggelar konser bertajuk KISS Farewell Tour di tahun 2000-2001, empat tahun setelah mereka melakukan Reunion Tour 1996 bersama personil asli mereka Ace Frehley dan Peter Criss, namun di tahun 2002, mereka menyatakan tidak jadi pensiun seperti yang direncanakan.

Sepertinya mereka masih ingin terus berkarir hingga akhirnya di penghujung tahun 2018 datanglah kabar yang menyedihkan itu: End of the Road World Tour siap digelar sebagai persembahan terakhir band raksasa ini. Dan sepertinya kali ini mereka bersungguh-sungguh ingin menyudahi semuanya.

Konser perpisahan Kiss sudah dimulai 31 Januari 2019 lalu di Kanada yang berlanjut ke banyak kota di Amerika Serikat, Meksiko lalu masuk ke beberapa negara di Eropa seperti Jerman, Italia, Inggris dan kembali lagi ke Amerika Serikat.

Negeri kangguru Australia dan negeri Kiwi New Zealand seharusnya menjadi tempat perhelatan konser Kiss selanjutnya, namun karena sang vokalis utama Paul Stanley terserang flu berat dan diharuskan bed rest oleh tim dokter, maka dengan berat hati pihak Kiss harus membatalkan konser, sesuatu yang pastinya membuat publik wilayah Oceania itu kecewa bin terluka dan yang pasti, minta refund.

Tapi bagaimanapun juga, seperti kata Kang Candil, rocker juga manusia, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan pisau belati. Jadi, rocker juga bisa capek dan jatuh sakit, dong! 

Kiss dijadwalkan menggelar delapan konser di lima kota besar di Australia dari tanggal 16-30 November 2019 dan 1 konser di Auckland, New Zealand (3 Desember 2019).

Semuanya ba-tal. Pihak Kiss berupaya menjadwal ulang konser di Australia menjadi 1 konser saja yaitu pada 3 Desember 2019 mendatang di kota Perth namun hal ini tentu saja bergantung kepada kesehatan sang frontman.

Meski demikian, Kiss tidak mau mengecewakan publik Australia begitu saja, mereka tetap tampil meski tanpa Paul Stanley pada tanggal 18 November 2019 kemarin di kota pantai Port Lincoln (Australia Selatan).

Untuk menghibur sedikit penggemar yang beruntung dan beberapa hiu putih (great white sharks) sebagai hasil kesepakatan dengan situs akomodasi dan wisata AirBnB yang baru saja meluncurkan program mereka berkaitan dengan animal tourism. 

Mengapa hiu putih? Karena menurut penelitian, ternyata para ikan hiu putih itu memiliki kecenderungan tertarik kepada musik rock n’ roll dan heavy metal, terlebih lagu-lagu Kiss pun pernah diperdengarkan kepada mereka.

Setelah konser untuk satwa laut dan segelintir penggemar, Kiss akan melanjutkan turnya ke Asia.

Namun sayangnya, untuk konsernya di benua terbesar ini, Kiss hanya menyambangi kampungnya Kotaro Minami Sang Ksatria Baja Hitam untuk konser di lima kota di sana termasuk Tokyo dan Osaka. Buat negara lainnya di Asia, sepertinya Kiss hanya menyampaikan salam hangat aja, hehehe.

Setelah Jepang, Kiss akan kembali konser di Amerika Serikat lalu bertandang ke beberapa negara di Amerika Selatan seperti Brazil dan Argentina kemudian dilanjutkan lagi ke beberapa negara di Eropa seperti Prancis, Italia, Bulgaria dan satu negara di benua Afrika yaitu Afrika Selatan.

Sesudahnya, Kiss akan menyelesaikan sisa tur dunia mereka di Amerika Serikat. End of the Road World Tour ini dijadwalkan berakhir pada tanggal 17 Juli 2021 di New York, kota berjuluk The Big Apple, tempat kelahiran Kiss.

Secara total, mereka akan mengucap ciao goodbye sayonara kepada penggemarnya di 178 kota (minus New Zealand dan Australia yang dibatalkan), yaitu 114 di Amerika bagian Utara, 47 di Eropa, 5 di Asia, 11 di Amerika bagian Selatan, dan satu kota di benua Afrika.

Kiss menyebut tur dunia terakhir mereka kali ini sebagai tur yang unapologetic dan unstoppable karena mereka akan menyajikan segala sesuatunya habis-habisan, dengan efek-efek yang lebih menggelegar dari sebelumnya. You wanted the best, you got the best, itu yang ditawarkan Kiss. Konser perpisahan band yang gemar berdonasi ini juga dijadikan sebagai perayaan terbesar bagi para fans yang sudah pernah menyaksikan konser Kiss dan akan menjadi kesempatan terakhir bagi mereka yang belum pernah menonton.

Paris siap di-Kiss
Tanggal 22 Juni 2019 lalu, Kiss sudah menginjakkan kaki di Clisson, sebuah kota yang berada di sebelah barat Prancis, berjarak sekitar 398 km dari kota Paris untuk meramaikan acara Hellfest, sebuah festival musik rock n’ roll dan heavy metal bergengsi di Prancis serta merupakan salah satu festival musik rock terbesar di Eropa.

Namun Kiss ternyata masih ingin bersua dengan fans mereka untuk yang terakhir kali yakni dengan memasukkan Paris sebagai kota pembuka pada leg ketujuh dari delapan leg rangkaian tur End of the Road.

Dalam genggaman tangan dingin promotor musik Prancis kelas kakap Gérard Drouot di bawah naungan Gérard Drouot Productions, konser perpisahan Kiss dengan penggemar mereka di kota berjuluk City of Lights ini akan digelar pada Selasa, 9 Juni 2020 pukul 8 malam.

Bertempat di AccorHotels Arena, sebuah arena tertutup multifungsi (konser, pertunjukan dan olahraga) dengan luas 55 ribu meter persegi yang mampu menampung hingga 20.300 penonton untuk sebuah konser.

Poster promosi konser Kiss di Prancis (parisetudiant.com)
Poster promosi konser Kiss di Prancis (parisetudiant.com)

Penjualan tiket presale dibuka pada jam 10 pagi tanggal 14 November 2019 dilanjutkn dengan tiket on-sale yang juga dibuka pukul 10 pagi tanggal 15 November 2019. Tiket Tribune Utama (di Prancis biasanya disebut dengan Carré Or.

Carré berarti segi empat, or berarti emas) dibandrol seharga 200.50 euro (sekitar 3,1 juta rupiah), untuk kelas General Admission I (berdiri) yang berada tepat di depan panggung, juga dikenai harga 200.50 euro, kelas General Admission II (berdiri, namun berada di belakang kelas GA I) diberi harga 90.50 euro (sekitar 1,4 juta rupiah). Tempat duduk yang semakin ke atas dan semakin menjauhi panggung, tiketnya tentu saja semakin murah.

Tiket Kategori 1 dihargai 156.50 euro (sekitar 2,4 juta rupiah), Kategori 2 seharga 123.50 euro (sekitar 1,9 juta rupiah) dan Kategori 3 seharga 57.50 euro (sekitar 895 ribu rupiah). Kecuali General Admission, Tribune Utama hingga Kategori 3 memberlakukan numbered seating biar nggak rebutan.

Selain beragam tiket di atas, Kiss pun menawarkan pengalaman rock n’ roll yang takkan terlupakan melalui kelas VIP Silver seharga 1.000 USD (sekitar 14 juta rupiah) dan VIP Gold dengan harga 1.500 USD (sekitar 21 juta rupiah) dengan sederet keuntungan di antaranya foto bareng dengan para personil Kiss.

Akses masuk Kiss Hospitality Lounge di mana para fans bisa menikmati sajian makanan dan minuman cocktail à la Kiss hingga mendapatkan tanda tangan di atas poster End of the Road World Tour. 

Namun yang paling joss adalah kelas VIP Ultimate dengan jumlah tiket amat terbatas, seharga 4.000 USD (sekitar 56 juta rupiah) di mana para fans bisa meet and greet sekaligus menikmati private backstagedengan Kiss.

Bisa merasakan pengalaman backstage tour seperti naik ke atas panggung Kiss (tentu saja sebelum konser dimulai) dan dipersilahkan menyentuh semua instrumen musik yang dimainkan personil Kiss mulai dari gitar hingga microphone yang digunakan Paul Stanley untuk nyanyi.

Tak sampai di situ, fans juga diajak mengunjungi ruang ganti para rockstar tersebut dan diperbolehkan mencoba kostum yang dipakai Kiss untuk manggung terutama sepatu mereka yang bersol super tebal.

Klimaksnya, fans pembeli tiket VIP Ultimate akan menyaksikan langsung konser Kiss dari pit (area paling dekat dengan panggung) yang bebas keramaian tanpa harus mengalami gejala desak-dorong.

Begitulah KISS memperlakukan fansnya dimasa terakhirnya.


********

Add Your Comments

You must be logged in to post a comment.

Logo

About Us

Kami PT. SAHABAT TIKET NONTON INDONESIA yang bergerak dibidang Kesenian Pertunjukan, Services Penjualan Tiket Konser dan lain lain. Terhitung sejak th 1995 berdiri hingga kini, Alhamdulillah PORTOFOLIO UP DATE TH 2022 kami masih konsisten dibidang ini. Layanan bidang yang kami kerjakan adalah Technical Production Concert, Permit, Impresariat, Artist Agency, Crowd management hingga Consultant Concert. Sedangkan TIKET NONTON.COM, bermula dibentuk dengan naman EN’S sejak tahun 1996 kemudian th 2005 menjadi TIKET NONTON.COM bergerak dibidang Management Ticketing Event dan Ticket Box Event. Dan dimulai tahun 2019 TIKET NONTON.COM berdiri dibawah payung PT. SAHABAT TIKET NONTON INDONESIA sebagai perusahaan e-commerce. Demi memberikan pelayanan terbaik untuk anda.

Get Consultation

Contact Us